Kisah Prajurit yang Menolak untuk Mati

Topik Pilihan :

Meskipun harus bertugas sebagai prajurit yang berada di antara peluru dan peperangan, dirinya tetap menolak untuk mati dan tetap memiliki semangat hidup yang tinggi. Salah satu bukti nyata bahwa usia seorang manusia hanya berada di tangan Tuhan, sang Pencipta.

Adrian Carton de Wiart adalah salah satu personel militer Inggris yang paling terkenal di abad kedua puluh, yang sudah mengambil bagian dalam tiga masa perang dan berbagai tugas hingga dirinya terluka berulangkali. Seorang pria yang cukup mempesona dan berkharisma, dia peminum dan atlet yang luar biasa, dan juga merupakan salah satu tokoh petualang terakhir dari abad kesembilan belas.

Adrian Carton de Wiart lahir dari keluarga bangsawan di Brussels, pada tanggal 5 Mei 1880. Dia drop out dari perguruan tinggi karena memilih untuk melayani di Angkatan Darat Inggris saat terjadi Perang Boer yang berlangsung antara tahun 1899 hingga tahun 1902. Di sanalah Adrian menerima warisan perang pertamanya berupa luka tembakan di perut dan pangkal paha. Dan setelah sembuh dari luka-lukanya itu, dia kembali bergabung.

Semasa Perang Dunia I, dirinya dipercaya untuk memimpin batalyon infantri di Front Barat. Selama terjadinya perang itu, ia bagaikan seorang yang menyerap semua peluru. Dia kehilangan tangan kiri dan mata kirinya, lalu tertembak hingga menembus tengkorak, wajah, pergelangan kaki, pinggul, kaki, dan telinga pada kesempatan yang berbeda. Ketika jari-jarinya terinfeksi dan dokter menolak untuk memotongnya, Adrian memotongnya dengan cara menggigitnya sendiri. Anda pastinya tidak akan heran bila mendengar teriakan kesakitan dari orang yang terluka saat perang. Tapi hebatnya dia tidak sampai seperti itu. Bahkan, dia sempat mengatakan "Terus terang, aku menikmati perang."

Walau telah diamputasi dan berusia 60 tahun dengan mata mirip bajak laut, kembali Adrian menjadi komandandalam Perang Dunia II. Dirinya sempat ditangkap oleh pihak Italia setelah pesawatnya jatuh di lepas pantai Libya. Adrian selanjutnya ditahan di sebuah puri abad pertengahan di Tuscan bersama dengan para tahanan perang lainnya. Di situ ia dan rekan-rekannya berkali-kali mencoba untuk melarikan dengan cara menggali terowongan bawah tanah namun selalu gagal. Akhirnya dirinya dibebaskan oleh pihak Italia yang ingin mencoba menegosiasikan perjanjian damai dengan pihak Inggris pada tahun 1943.

Menjelang akhir 1943, Adrian kemudian terpilih dalam misi yang lebih bersifat teknis dan diplomatis, yaitu sebagai utusan pribadi dari Perdana Menteri Winston Churchill untuk menemui pemerintah Nasionalis yang dipimpin oleh Chiang Kai-shek di China.

Pada tahun 1944 ia dipromosikan ke pangkat letnan jenderal. Dirinya juga menyaksikan tindakan kapitulasi Jepang di Singapura pada tahun 1945, yang menandai berakhirnya Perang Dunia II.

Setelah perang berakhir, Adrian Carton de Wiart akhirnya memutuskan untuk menghabiskan masa pensiun di County Cork di Irlandia. Setelah kematian istrinya pada tahun 1951, ia lalu menikah kembali dengan seorang wanita yang dua puluh lima tahun lebih muda darinya. Adrian menghabiskan masa sisa hidupnya dengan pergi berburu dan menangkap ikan salmon.

Adrian Carton de Wiart meninggal pada usia 83 tahun, pada tanggal 5 Juni 1963, karena sebab alami, usia tuanya. Adrian juga meninggalkan sederet penghargaan dari pemerintah Inggris atas jasa-jasanya semasa dalam pengabdian. Dia dimakamkan di pemakaman paroki Killinardish, County Cork.


Dapatkan artikel terbaru:
*Konfirmasi link akan segera dikirim melalui email Anda*
Tentang Blog: Ada Tanya
Artikel "Kisah Prajurit yang Menolak untuk Mati", diterjemahkan atau ditulis ulang oleh admin blog Ada Tanya dari berbagai sumber. Semoga artikel ini dapat menambah wawasan serta pengetahuan Anda. Dan jika Anda tertarik dengan postingan di atas, dimohon untuk tak lupa mencantumkan juga nama blog Ada Tanya sebagai sumbernya. Thank's
« Sebelumnya
« Postingan Sebelumnya
Berikutnya »
Postingan Berikutnya »

0 Tanggapan untuk "Kisah Prajurit yang Menolak untuk Mati"

Post a Comment