Kisah Pembunuh Berantai yang Tak Pernah Membunuh

Topik Pilihan :

Sture Bergwall telah dikenal sebagai seorang pembunuh berantai asal Swedia. Dia membunuh, memperkosa, dan telah melakukan kanibalisme terhadap 30 orang korban lebih ... atau setidaknya itulah pengakuannya. Tapi kenyataan membuktikan, Sture Bergwall hanyalah seorang yang bermulut besar yang tak pernah membunuh siapapun.

Lelaki yang terlahir dengan nama Sture Bergwall ini lebih suka menyebut dirinya dengan nama Thomas Quick. Sedangkan media, menyebut dirinya dengan nama Hannibal Lecter dari Swedia. Sejak dirinya menghuni Rumah Sakit Sater mulai tahun 1991, Sture Bergwall lebih dikenal sebagai pembunuh berantai yang terkenal di Swedia. Sementara ia telah dihukum atas delapan pembunuhan yang mengerikan, ia juga mengaku bertanggung jawab atas sekitar 30 peristiwa pembunuhan lainnya. Dia mengaku tidak memilih dalam menentukan korbannya. Dia membunuh pria, wanita, anak-anak, dan kejahatannya tidak hanya sebatas pembunuhan belaka. Dia juga melakukan pemerkosaan, kanibalisme ... dan merupakan seorang pembohong paling manipulatif di planet ini.

Kenyataannya, Sture Bergwall tidak pernah membunuh seorang pun.

Gry Storvik, 23 tahun. Dibunuh di Oslo pada tahun 1985. Sture Bergwall mengakui pembunuhan tersebut, tanpa bukti forensik yang mendukung, sementara sperma yang didapat dari korban juga tak cocok dengan DNA Sture Bergwall. Dakwaan dicabut pada September 2014
Sejak lahir, Sture Bergwall tumbuh menjadi seseorang yang memiliki kehidupan yang penuh dengan permasalahan. Dia menjadi sosok yang selalu ingin diperhatikan dan diterima oleh banyak orang, yang tidak dapat ditemukannya dalam keluarga di rumah. Orang tuanya merupakan fundamentalis yang ketat, dan secara perlahan Sture Bergwall menjadi seorang gay. Hal itu memperburuk kehidupannya, karena membuatnya lebih menerima tekanan dari lingkungan sekitarnya, dan membuat dirinya mulai menggunakan amfetamin. Selanjutnya kehidupannya berjalan cepat dan seperti di luar kendali. Dengan beberapa tuduhan penganiayaan dan satu serangan dengan pisau yang juga kemudian ditambahkan, Sture Bergwall akhirnya harus menghuni Rumah Sakit Sater atas tuduhan perampokan bank dengan menggunakan kostum Santa Claus.

Ironisnya, saat dirinya berada dalam rumah salit jiwa, Sture Bergwall malah semakin menyadari bahwa mimpinya selama ini begitu berharga. "Saya melihat bahwa semakin buruk atau semakin banyaknya kekerasan atau kejahatan yang serius," katanya pada suatu hari, "semakin tertarik seseorang dari sudut kejiwaan pribadi." Mulai saat itulah Sture Bergwall menuyusun rencana yang lebih licik dan jahat. Dan karena begitu seringnya, para dokter akhirnya membiarkan dia untuk keluar sendiri, dimana biasanya dia pergi mengunjungi perpustakaan setempat untuk mencari artikel dari pembunuhan yang belum terpecahkan. Di saat ia tidak diperbolehkan keluar, ia lebih memilih untuk membaca surat kabar di perpustakaan penjara, mengambil potongan cerita dari sana-sini, dan mulai membangun cerita yang rumit yang pastinya akan membuat dirinya menjadi pusat perhatian.

Charles Zelmanovits, 15 tahun, hilang dari utara kota Piteå pada tahun 1976. Jasadnya baru ditemukan pada tahun 1993. Sture Bergwall mengakui telah melakukan pembunuhan tersebut pada tahun 1994, dengan tanpa disertai bukti forensik yang mendukung.
Keinginannya itu pun terwujud, saat Sture Bergwall mangaku telah membunuh seorang anak yang berumur 11 tahun, Johan Asplund, yang hilang pada tahun 1980 dan tak pernah ditemukan. Menurut Sture Bergwall, ia telah memperkosa serta mencekik Johan, memakan jari-jarinya, dan mayatnya telah ia kuburkan di hutan. Tapi rupanya Sture Bergwall tidak puas hanya berhenti di situ. Media dan polisi pun akhirnya mendatangi Rumah Sakit Sater, kala ia mengakui atas lebih banyak lagi peristiwa kejahatan. Ya, ia mengakui telah memperkosa seorang wanita muda dan kemudian memutilasi tubuhnya. Kemudian ia juga mengakui telah membunuh seorang gadis asal Norse dan seorang turis asal Israel. Tak juga berhenti di situ, ia pun mengaku melakukan pembunuhan atas beberapa orang yang tengah berkemah. Dan berkat penelitian yang dilakukannya, klaim-klaim yang diakuinya terdengar sangat meyakinkan, dan apa yang tak dapat ia pelajari dari koran, ia telah berhasil menipu secara telak pihak kepolisian.

Tak lama kemudian, Sture Bergwall akhirnya dihukum atas delapan peristiwa pembunuhan yang keji. Dia juga menjadi salah seorang yang paling terkenal di seluruh Swedia.

Dan tentu saja, cerita yang diakui oleh Sture Bergwall pun akhirnya jelas merupakan kebohongan belaka. Ibarat selembar kertas yang penuh dengan lubang. Bahkan setiap detektif amatir sekalipun dengan tanpa kaca pembesar akan bisa melihat jelas lubang-lubang itu. Ketika ia mengaku membunuh Therese Johannessen yang masih berusia sembilan tahun, awalnya ia mengakui memiliki rambut pirang dari korban, tapi yang diperlihatkannya adalah rambut  berwarna cokelat. Pada pengakuannya dalam pembunuhan Yenon Levi di tahun 1988, ia bahkan mengajui telah membunuh korbannya dengan empat jenis senjata yang berbeda dalam empat kali interogasi yang berbeda. Kemudian setelah detektif setempat mengambil sampel sperma dari salah satu korbannya, jelas ditemukan ketidak cocokan DNA dengan sperma Sture Bergwall. Danau dikeringkan, hutan digeledah, TKP dibuat terbalik, dan hasilnya ... tak seorang pun pernah menemukan mayat apalagi setetes darah.

Yenon Levi, 24 tahun, seorang turis asal Israel. Dibunuh pada tahun 1988, dan diakui pembunuhannya oleh Sture Bergwall pada tahun 1997, tanpa bukti forensik dan hanya berdasar pernyataan yang juga kurang tepat. Dakwaan dicabut pada tahun 2010.
Bahkan yang lebih mengejutkan lagi, ada sekumpulan foto-foto Sture Bergwall saat menghadiri layanan gereja ketika ia mengklaim telah membunuh remaja yang berada ratusan mil jauhnya dari tempat ia berada saat itu. Meski jelas merupakan sebuah kebohongan besar, Sture Bergwall akhirnya tetap dituntut dan dinyatakan bersalah, meski hanya berdasar pada pengakuannya sendiri. Dan itu bukan berarti semua pengakuannya dipercaya pula. Semua "pengakuannya" dikemukakan saat ia berada di Rumah Sakit Sater dan di bawah pengaruh tinggi obat benzodiazepin. Tidak hanya membuat ia lebih mudah berkata-kata, Sture Bergwall mengklaim bahwa obat itu membuat ia "memasuki kondisi dimana aku lebih mudah bercerita dan membuat mereka percaya".

Tapi mengapa pemerintah setempat seolah membiarkan semua kekacauan terjadi?

Hal itu pastinya berhubungan dengan suatu psikologi yang buruk. Polisi dan terapis setempat percaya Sture Bergwall tengah berusaha untuk menekan semua kenangan mengerikan yang pernah terjadi dalam hidupnya, termasuk saat ia mengalami pelecehan seksual di masa kanak-kanaknya. Salah satu cara untuk membuka rahasianya adalah dengan memberikan obat-obatan, dan membiarkan dirinya untuk mengoceh tentang semua kejahatan mengerikan yang pernah menimpanya itu. Tentu saja, bukan tak mungkin akan timbul inkonsistensi akibat terjadinya penindasan yang dialaminya selama bertahun-tahun. Tapi, dengan cukup wawancara dan benzodiazepin yang cukup, maka diharapkan semua pengakuan yang saling bertentangan itu akan terhapus.

Sejauh mana buktinya?

Trine Jensen, 17 tahun. Jasadnya ditemukan di luar kota Oslo pada tahun 1981. Sture Bergwall membuat pengakuan pada tahun 2000, namun dakwaan tersebut akhirnya dibatalkan pada bulan September tahun ini.
Ya, semuanya itu akhirnya terbukti dengan cukup meyakinkan di pengadilan. Sture Bergwall akhirnya harus menghabiskan sisa hidupnya di Sater hingga saat penggantian kepemimpinan dirumah sakit itu pada tahun 2001 dimana konsumsi benzodiazepin yang biasanya ia terima, harus dikurangi. Dan tanpa asupan obat dalam sistem tubuhnya, Sture Bergwall pun tak lagi banyak berbicara. Ia pun memutuskan untuk tak lagi menyebut dirinya Thomas Quick, dan menjauhi media. Hal itu akhirnya membuat seorang pembuat film Swedia, Hannes Rastam, untuk lebih menggali semua informasi dari sekitar hingga akhirnya berhasil menemukan sebuah kebenaran.

Dan berkat penyelidikan yang dilakukan oleh Hannes Rastam, seluruh delapan pengakuan Sture Bergwall ditinjau ulang kembali, dan hasilnya Sture Bergwall dibebaskan dari Sater pada bulan Maret 2014 lalu. Namun mnasih tertinggal kisah dari para "korban" dari Sture Bergwall yang masih bertanya akan siapakah pembunuh sebenarnya. Sture Bergwall sendiri lebih berharap agar seluruh keluarga yang anggota keluarganya telah menjadi korban untuk mau hadir di pengadilan dan meluapkan semua harapan maupun kekecewaan mereka. Sebab bagaimana pun, Sture Bergwall telah terbukti tidak pernah membunuh seorang pun, meski ia berusaha keras melakukan kebohongan terbesar, tapi ia kini tak lebih dikenal masyarakat hanya seorang "monster" besar.

Sture Bergwall, yang sebelumnya dikenal sebagai Thomas Quick, beberapa saat sebelum meninggalkan Rumah Sakit Sater, di luar kota Stockholm. Photograph: Andy Hall for the Observer

sumber:

Dapatkan artikel terbaru:
*Konfirmasi link akan segera dikirim melalui email Anda*
Tentang Blog: Ada Tanya
Artikel "Kisah Pembunuh Berantai yang Tak Pernah Membunuh ", diterjemahkan atau ditulis ulang oleh admin blog Ada Tanya dari berbagai sumber. Semoga artikel ini dapat menambah wawasan serta pengetahuan Anda. Dan jika Anda tertarik dengan postingan di atas, dimohon untuk tak lupa mencantumkan juga nama blog Ada Tanya sebagai sumbernya. Thank's
« Sebelumnya
« Postingan Sebelumnya
Berikutnya »
Postingan Berikutnya »

0 Tanggapan untuk "Kisah Pembunuh Berantai yang Tak Pernah Membunuh "

Post a Comment